Tampilkan postingan dengan label Jalan-Jalan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jalan-Jalan. Tampilkan semua postingan

Rabu, 02 Januari 2019


Taman Nasional Baluran terletak di Desa Wonorejo Kecamatan Banyuputih Situbondo Jawa Timur. Destinasi ini merupakan salah satu wisata alam yang menjadi incaran para photo hunter.  Tidak mengherankan memang, sebab hutan yang memiliki luas area 25.000 ha ini memiliki banyak keanekaragaman flora fauna dan pesona alam yang mengagumkan.  Tak kurang dari 444 jenis tumbuhan dapat hidup dan beradaptasi sempurna di hutan ini.  Sebutlah salah satunya adalah sejenis bunga bangkai yang banyak kita jumpai di dekat Savana.
Penamaan Taman Nasional ini berasal dari nama Gunung Baluran yang berada di daerah ini. Pada awalnya tempat ini adalah Suaka Margasatwa berdasarkan ketetapan Gubernur no.9 tanggal 25 september 1937 stbl . 1937 no.544,  kemudian pada tahun 1980 bertepatan dengan hari Strategi Pelestarian Se-dunia, Menteri Pertanian mengumumkan Suaka margasatwa ini sebagai Taman Nasional Baluran. 

Hewannya Beragam

Keberagaman satwa dan jenis vegetasi yang ada telah menjadi daya tarik pemburu foto untuk berkunjung dan mendapatkan obyek-obyek photo yang menjual.  Jika anda berkunjung ke tempat ini anda dapat menyaksikan aktivitas berbagai hewan liar mulai banteng, ajag, kerbau, macan tutul, kera, bahkan kucing bakau, rusa, kancil, ayam hutan serta aneka jenis burung.  Tapi anda harus tetap waspada, karena anda berada di tengah rimba liar.

Savana Bengkol (dokumen pribadi)

Surga Tersembunyi Di tengah Rimba

Tak mau kalah dengan flora fauna yang ada, alam pun ingin ambil bagian tuk memikat pengunjung yang datang. Cantiknya Savana bekol menjadi surga tersembunyi di tengah rimba ini.  Di pagi dan menjelang malam pemandangan di tempat ini mampu menghipnotis pengunjung.  Semburat jingga yang memancar di balik Gunung Baluran laiknya lampu sorot yang mengaburkan gelapnya senja di Savana Bekol.  Ya, Taman Nasional Baluran  layak menjadi referensi liburan anda.
Savana

Biaya Masuk Taman Nasional Baluran

Lokasi ini dapat anda jangkau setelah anda membayar tiket masuk sebesar Rp.15.000,- untuk wisatawan domestik dan Rp.150.000 untuk wisatawan mancanegara. Setelah mengantongi ijin masuk, anda bisa memulai petualangan anda bersama keluarga. Perjalanan menuju savana memang cukup jauh dan bergeronjal, oleh karena itu sebaiknya anda masuk ke lokasi di pagi hari.  Jika malam datang, kegelapan akan membungkus perjalanan anda. 
Tak jauh dari savana, ada sebuah penginapan yang diperuntukkan bagi pengunjung yang ingin tinggal dan bermalam.

Dokumen pribadi

Pantai Bama

Selain savana, Taman Nasional ini juga memiliki pantai yang cukup menarik.  Pantai Bama namanya. Untuk menjangkaunya anda  harus melalui Savana terlebih dahulu.  Pantai Bama dilengkapi dengan fasilitas umum seperti toilet dan penginapan.  Anda bisa menyaksikan berbagai atraksi unik pada bulan-bulan tertentu seperti perkelahian rusa jantan, atraksi kera atau jika anda salah satu penggemar kegiatan memancing dan snorkling, maka di pantai ini anda bisa melakukannya.
Pantai Bama ini sendiri memiliki pos pantau yang berbentuk menara untuk menyaksikan berbagai aktivitas satwa liar seperti merak.  Sebenarnya di Taman Nasional ini ada 5 pos pantau lain selain Pantai Bama yaitu:

dokumen pribadi

  • Batangan, di lokasi ini anda bisa menjumpai Gua Jepang dan Pusat Informasi.  Ada species burung merak yang bisa kita saksikan
  • Bekol dan Sumiang.  Lokasi ini dilengkapi dengan wisma peneliti, wisma tamu serta menara pandang. Di sini anda bisa mengamati aktivitas banteng, kerbau liar, ayam hutan, rusa dan kijang.
  • Popongan, Sijile, Kalitopo, dan Sirontoh. Nah lokasi ini merupakan salah satu spot yang berbeda dengan yang lain, karena di sini anda bisa mengamati kehidupan burung migran, bersampan di laut serta menyaksikan aneka ikan hias.
  • Manting dan Air Kacip. Hati-hati, anda memasuki wilayah kekuasaan macan tutul. Pastikan kaca jendela anda tertutup rapat.  Oh iya, di sini ada mata air yang tak pernah kering loh.
  • Curah Tangis.  Buat kamu yang hoby panjat tebing, kamu bisa loh menguji adrenalin di tempat ini, sebab pos pantau ini dilengkapi dengan fasilitas panjat tebing setinggi 30 m dengan tingkat kemiringan 85%.



12

Jumat, 19 Agustus 2016




Sun Rise Di Papandayan (foto milik Agung Fajar)


            Berbicara tentang gunung selalu membuat hati ini berdesir.  Betapa tidak, jiwaku seolah terpanggil untuk menikmati pesonanya. Menikmati Keindahan ciptaan Allah yang tiada tara.  Entah mengapa aku suka sekali dengan, gunung, hutan dan pantai.  Membauinya membuat penatku seolah menguap begitu saja.  Namun, sejak menjadi seorang ibu aku sedikit membatasi hobby petualanganku yang satu ini.  Hal ini kulakukan dengan beberapa pertimbangan salah satunya adalah anak-anak yang masih terlalu kecil.
            Kini semua sudah beranjak besar, kami sudah bisa melakukan petualangan bersama.  Menyusuri setiap sudut negeri ini dan menapaki lembah demi lembah. Ada beberapa destinasi yang kami susun untuk dikunjungi salah satunya adalah Gunung Papandayan Garut.  Pesona Gunung Papandayan Garut seolah menghipnotis kami dan menarik kami untuk berkunjung. Gunung yang memiliki ketinggian 2.600 meter dari permukaan laut ini terletak di kota Garut Jawa Barat. Di atasnya ada sebuah padang Eudelweis yang bernama Tegal Alun.  Konon gunung ini memiliki jalur pendakian yang cukup pendek, namun meski demikian calon pendaki tetap harus mempersiapkan rencana pendakian dengan baik. Untuk itu kami harus mengumpulkan berbagai informasi terkait, jalur pendakian, medan yang ditempuh, sumber air dan berbagai hal yang boleh dilakukan maupun tidak.
            Bagi wisatawan yang berasal dari luar Jakarta dan Bandung, anda bisa menggunakan moda transportasi darat seperti kereta menuju Bandung, bisa juga menggunakan transportasi udara seperti pesawat untuk menghemat waktu perjalanan.  Sesampainya di Bandung perjalanan bisa anda lanjutkan dengan transportasi umum menuju Terminal Guntur Garut. Kami biasa menggunakan jasa Traveloka untuk memesan tiket pesawat dan hotel saat berkunjung ke suatu kota yang cukup jauh.
            Sesampainya di Terminal Guntur, perjalanan bisa dilanjutkan dengan minibus ke arah pertigaan Pasar Cisurupan, dari sini biasanya para pendaki menggunakan kendaraan pick up untuk menuju titik awal pendakian.  Dari titik pendakian inilah petualangan di mulai.  Namun sebaiknya anda memastikan perbekalan anda cukup bergizi  untuk memberikan cukup kalori dan nutrisi. Melalui informasi yang kami dapatkan, kebutuhan air selama pendakian bisa didapatkan di beberapa pos pendakian seperti Pos Persimpangan Pondok Salada-Houberhout , Pondok Salada, dan Pos Pundak Kawah.
            Berbekal informasi ini para calon pendaki bisa menyiapkan rencana perjalanan dengan matang sehingga pendakian dapat dilalui dengan minim resiko. Ada yang tertarik seperti saya? Yuk, kunjungi sekarang juga kota Dodol ini.

0

Selasa, 12 Juli 2016

Mudik tlah tiba.. mudik tlah tiba.. Horeee!! Hatiku gembira...

Siapa sih yang ngga seneng mudik? Semua pasti menantikan saat-saat mudik kan? Sammmaaaa dong! akyu juga loh (alay).  Eh...eh tapiii, tau ngga kalau kata orang gaya mudikku nyeleneh bin asyik.  Kok gitu??
Iya gimana ngga nyeleneh, kalau orang-orang mudik kan bawa oleh-oleh plus dompet penuh terisi lembaran merah 100 ribuan, nah aku??? Aku mudik bawa tenda, kompor, alat masak dan kawan-kawannya.  Coolbox juga penuh logistik, pokok jangan sampai kelaparan dijalan akibat terjebak macet.  Tau sendiri kan, mendekati H-1 arus pemudik selalu padat berjubel.  Kemacetan merajalela,  bahkan di Brexit kemarin sempat pecah telor tuh!  Gimana ngga pecah telor, macet sampai 36 jam, sampai-sampai jatuh korban jiwa karena kepanasan dan kelaparan.  Ngga mau dong sampai kaya gitu..dan untuk antisipasi kami selalu bawa perbekalan yang lebih dari cukup, bahkan kalau perlu kami masak di pinggir jalan.
Tapi mudik kali ini agak berbeda, akibat kurang tidur karena begadang semalaman, jadi kurang fokus. Alat masaknya tertinggal di rumah, untung saja logistik cukup meski hanya makanan ringan dan jus buah, perjalanan tetap asik. Mudik kali ini urusan nata menata bagasi aku serahkan pada belahan jiwa. Doi paling pinter tuh bikin hotel berjalan.  Bagian bagasi mampu disulap jadi tempat tidur yang nyaman buat Duo jagoan Farhan Favian.  Untuk bisa menahan kuat tubuh kedua bocah, Doi meletakkan coolbox dan koper di bawah kasur kecil tepat di bagian tengah sehingga kasur darurat menjadi kuat dan nyaman dipakai.
Bagasi Yang Disulap Jadi Tempat Tidur
Tampil Cantik Saat Mudik

Perjalanan kami mulai pada pukul 10.00 WITA, dan kami sempat berhenti di Museum Ogoh-ogoh untuk menunaikan sholat Dzuhur dan rehat sejenak.  Lokasi ini merupakan salah satu lokasi yang acap menjadi tempat singgah para wisatawan karena memiliki restoran, mini market, tempat ibadah dan taman di tepi pantai dengan resort dan panorama yang cantik (secantik yang cerita). Jadi anda bisa berfoto-foto ria di tempat ini untuk mengabadikan perjalanan anda (seperti saya). Baru deh lanjutkan perjalanan lagi.  Bila hati kita senang puasa pun tetap terjaga walau traveling.  Tapi, kami ngga nyangka guys...ternyata di daerah  Melaya terjadi kemacetan panjang yang menjebak perjalanan kami.  Mulai jam 13.00 WITA hingga 20.00 WITA kami terjebak antrian kendaraan pemudik yang mengular hingga pelabuhan Gilimanuk.  Tampak di kanan kiri jalan warung-warung dadakan bermunculan untuk menangkap peluang pasar di tengah kemacetan, arus lalulintas pun dibuang melalui perkampungan penduduk.  Sayangnya kemacetan dan arus pemudik tidak hanya mendatangkan rezeki bagi masyarakat sekitar, melainkan juga mendatangkan tumpukan sampah akibat prilaku para oknum pemudik yang tidak bertanggungjawab (jangan ditiru ya guys), sedih banget melihatnya.  Apalagi setelah membaca berita di media cetak bahwa kemacetan telah meninggalkan sampah berton-ton, malu ngga sihhh? Bisa beli mobil tapi ngga bisa buang sampah pada tempatnya.
 Sampah dan kemacetan

 Warung -warung kaget







Kemacetan yang mengular memaksa Mba Sri untuk berbuka puasa di jalan, namun meski begitu tidak membuat kenikmatan berbuka menjadi hilang. Kami tetap ceria menikmati perjalanan walau harus antri 7 jam lamanya untuk bisa sampai di pelabuhan ketapang.  Mau tau rahasianya? Simak catatan tips mudik di bawah ini:

Tips Mudik A la Mba Sri
Aktivitas mudik di hari raya merupakan sebuah rutinitas yang acap mengundang haru dan menguras air mata, baik itu airmata bahagia pun airmata duka karena ditinggal orang -orang terkasih yang mengalami kemalangan dalam perjalanan mudiknya.  Tentu semua pemudik berharap bisa tiba dengan selamat dan berkumpul dengan keluarga demikian pula dengan kami. Untuk mempersiapkan mudik yang nyaman, aman dan lancar kami punya beberapa tips yang mungkin bisa pembaca praktekkan.
1. Siapkan stamina tubuh dan cek kondisi kendaraan
2. Jangan lupa untuk membawa perbekalan dari rumah  karena kita tidak bisa memprediksi arus mudik yang berubah setiap saat. Ini merupakan antisipasi bila kita terjebak dalam kemacetan panjang di daerah hutan. Bawa juga obat-obatan P3K, dan mainan anak -anak. Buat jaga -jaga bila ada yang membutuhkan dan mengusir kebosanan
3. Bawa tenda, alat masak, kasur dan batal sebagai antisipasi bila kita tak mendapat hotel namun kondisi tubuh sudah lelah
4. Tata barang-barang dengan baik sehingga anda bisa menempatkan sebuah kasur kecil di dalam mobil untuk beristirahat.
5. Pastikan ban serep anda berada dalam kondisi siap digunakan, so anda tidak akan mengalami apa yang saya alami tahun lalu. Terjebak di hutan dengan kondisi ban bocor, jauh dari pemukiman dan bengkel dengan cuaca hujan
6. Siapkan selalu kamera anda untuk menangkap kejadian -kejadian menarik. (Siapa tau dapat kejutan mudik MetroTV)
7. Selalu mengucap doa sebelum berangkat
8. Pantau terus laporan arus mudik.
9. Selalu waspada dengan segala bentuk kejahatan. Sediakan semprotan cabai, tongkat bisbol atau apapun yang bisa melindungi anda dari kejahatan
Nah itulah beberapa tips mudik ala Mba Sri.
Kami tidak memasang target pada perjalanan kami kali ini, yang penting bisa tiba dengan selamat dan berkumpul dengan keluarga, bahkan kami sempat beristirahat di sebuah SPBU langganan kami yang merupakan salah satu rest area favorit para traveller. Meluruskan kaki beberapa jam hingga waktu sahur tiba.  Setelah itu kami menyempatkan diri untuk membasuh tubuh dengan air hangat di Toilet VIP nya.  Untuk fasilitas ini anda akan dikenakan biaya Rp. 7000,- dan mendapatkan fasilitas sabun, shampoo dan air panas, tubuhpun menjadi bugar.  Tapi sayangnya mandi air hangat justru membuat pak Supir kesayangan menjadi mengantuk, so perjalanan kami jadi banyak istirahatnya untuk mencegah terjadinya kecelakaan.

Ini adalah perjalanan mudik tahun lalu (masak di jalan)

Menjaga fokus selama perjalanan merupakan salah satu tips mudik  a la mba Sri, tidak perlu ngebut kaya diuber setan, yang penting selalu menjaga sholat, istirahat pada waktunya dan penuhi asupan gizi
0

Minggu, 07 Juli 2013

Wisata..siapa yang tidak suka? semua anak pasti menyukainya.  Berwisata di musim liburan seperti ini menjadi kesenangan yang tidak tergantikan. Setelah satu semester penuh berkutat dengan pelajaran, berwisata dapat menjadi cara penyegaran dan peregangan syaraf-syaraf otak, seperti yang baru saja kami nikmati.

Dua tahun tidak bertemu keluarga membuat kerinduan ini memuncak.  Meski hanya berjalan-jalan sebentar di tengah hiruk pikuknya monas di malam minggu anak-anak terlihat senang, rindu pun terpuaskan.  Berkumpul dengan saudara-saudara yang jarang ditemui, nenek, pakdhe dan tante menjadi momen langka yang tak terlupakan.

Monas di malam minggu tak ubahnya pasar seni.  Berbagai pertunjukkan gratis dan aneka penjual makanan turut menghiasi keindahan tugu berlapis emas yang menjadi simbol kota Jakarta.   Atraksi ondel-ondel,dan panggung musik turut memeriahkan suasana monas. Malam itu rasanya mereka cukup puas meski tidak masuk ke arena PRJ.

Banyak hal sederhana yang menarik perhatian anak-anak malam itu.  Pendar cahaya emas dan lampu yang menerangi serta kerlip baling-baling menjadi tontonan yang murah meriah bagi mereka.  Balon-balon yang bertebaran menghiasi langit malam menambah semarak suasana monas.

Ngeriung Bareng
 
Ngeriung!  Itulah kami menyebut aktivitas ini.  Berkumpul bersama disuatu tempat hanya untuk sebuah kebersamaan sambil menikmati keindahan alam monas.  Dinginnya malam tak memupus keinginan kami untuk berjalan-jalan bersama.  Meski perut ini melilit dan rasa meriang menjalar ke seluruh tubuh, rasanya sayang sekali untuk melewatkan moment langka ini.  Bertemankan segelas kopi hangat dan minuman jahe kucoba untuk mensyukuri nikmat yang tak  terbatas ini.

 Aksi Favian

Lihatlah si kecil Favian yang juga tak ingin ketinggalan.  Meski tubuh belum fit benar tapi dia ingin ikut menikmati kebersamaan ini.  Mejen berlatar keindahan tugu monas.  Tak ada satu patah kata yang berbau keluhan terlontar.  Semua senang semua happy.

Berpose di bawah langit monas

Langit malam itu terlihat begitu indah dan semarak.  Balon-balon beraneka warna dan bentuk, kerlap-kerlip lampu dari baling - baling yang dilontarkan anak-anak sungguh membuat pelataran tugu monas ini seperti pasar malam. Bila anda ingin berwisata kesini, sebaiknya mungkin membawa uang secukupnya saja untuk mengendalikan budaya komsumtif yang acap tak terhindari saat melihat barang-barang unik yang dijajakan disini.  Baju, mainan, sepatu, jilbab, lampu, kelinci dan berbagai menu makanan khas jakarta terjaja lengkap di taman ini.

         Ada satu hal yang menarik perhatianku diantara ratusan pedagang yang ada.  Pedagang kue Ape.  Mang Kos yang menjajakan kue mirip serabi ini datang dari tanah abang untuk mengadu peruntungan.  Bermodalkan 4 kilogram tepung terigu, mang Kos dapat meraih keuntungan hingga 250 ribu rupiah semalam.  Satu buah kue Ape dijualnya dengan harga Rp. 1000 rupiah.  Kue  ini memiliki rasa yang gurih dan manis dengan aroma pandan yang cukup kental.  Pinggirannya kering dan sangat disukai oleh anak-anak.  Bila berkunjung ke tempat ini  mungkin anda bisa mencicipi kue ape mang Kos yang gurih.


Mang Kos Penjual Kue Ape

Inilah penampilan kue ape
0

Selasa, 25 Juni 2013



            Minggu pagi, 17 tahun yang lalu...  Seperti biasa kami berkumpul untuk mengikuti pelatihan pencinta alam di sekolah.  Aji, seorang seniorku mengawali pertemuan dengan sebuah berita yang sangat kami tunggu.
              Teman-teman, proposal kegiatan Ekspedisi Lawu kita, telah di setujui pihak sekolah.  Rencananya kita akan berangkat pada saat libur sekolah nanti.  Jadi mulai sekarang kita sudah harus menyiapkan fisik, mental dan pengetahuan survival kita untuk itu “ begitu seniorku menjelaskan, yang langsung disambut sorak soraiku dan anggota HIMPPAS (Himpunan Pelajar Pecinta Alam Semesta).
            Mungkin seandainya lagu Ayu Ting-ting saat itu telah beredar kami akan menyanyikan lagu sik asik sebagai ungkapan kegembiraan.  Namun sebenarnya ada kekhawatiran juga, pasalnya ayahku sulit sekali untuk diminta ijinnya.  Selama ini aku selalu berangkat tanpa ijin dan ujung-ujungnya selalu berbuah masalah.  Semoga kali ini aku bisa berangkat.
            Sesampainya di rumah, kucoba untuk menyampaikan keinginanku mengikuti kegiatan pendakian ke Gunung Lawu di Jawa Tengah.  Tapi, seperti dugaanku jawabannya adalah “ TIDAK!”.  Hwuaaaa....ingin rasanya aku menangis layaknya anak kecil seandainya hal itu bisa membuat orangtuaku memberikan ijinnya.  Hmm...kayaknya aku harus mencari akal agar aku bisa berangkat. 
            Mengikuti kegiatan ini membutuhkan dana yang tidak sedikit, dari mana aku bisa mendapatkannya kalau aku tidak diijinkan.  Berbagai rayuan kulakukan untuk mendapatkan ijin ayahku sambil menyisihkan sebagian besar uang jajanku, namun, tidak berhasil juga.  Ah! Aku menemukan sebuah ide, aku akan minta ijin untuk pergi berkemah.  Yeah..! Pasti diijinkan.
            Hari keberangkatanpun tiba.  Semoga saja bekal yang kubawa cukup.  Kulakukan cek dan ricek pada barang bawaanku, dan setelah yakin sudah lengkap semua kami pun berangkat menuju stasiun kereta api.
            Saat itu rombongan kami terdiri dari tiga orang wanita dan enam orang pria dan satu diantaranya seorang pria ganteng, cool, berkulit kuning bernama Aries.  Mahluk yang satu ini banyak menjadi incaran para wanita, karena wajah tampan dan sifat cool-nya, tidak terkecuali kami yuniornya.he.he.he.  Untunglah aku tidak dianggap wanita oleh mereka jadi....aku bisa dekat dan menikmati wajahnya sepuasku hi.hi.hi.
            Oh iya, berhubung waktu itu musim liburan sudah bisa diduga kereta banyak yang terlambat datang sehingga kami terpaksa menunggu cukup lama.  Tidak itu saja, kereta penuh sesak hingga kami terpaksa duduk di toilet yang tidak terpakai.  Bayangkan...toilet yang kotor dan berbau pesing. Hoek!!..rasanya perut ini seperti diaduk-aduk.  Wah, lebih baik aku duduk di selasar gerbong saja.  Selonjor saja sulit! 
Malam itu perjalanan terasa panjang, belum lagi ditambah pedagang asongan yang berlalu lalang.  Hwuaaa...pengalaman yang benar-benar tidak terbayangkan buat aku si anak mami.  Baru juga memejamkan mata sedikit, eh ada orang yang colek-colek tanganku, dan  ternyata cuma pedagang asongan yang menawarkan dagangannya.  Uhhh...gimana bisa istirahat?? Syukurlah setelah memakan waktu dua belas jam lebih, akhirnya kami sampai di Stasiun Solo.  Perjalanan kami lanjutkan menuju Karang Anyar menggunakan bis KOPAJA.  Lagi-lagi... si ganteng memilih duduk denganku. “Asiikk ,“ batinku dalam hati sambil kedip-kedipan dengan temanku Kukuh, yang berharap duduk dengan si ganteng.  Tahu tidak?? Ternyata orang ganteng itu kalau lagi tidur wajahnya tidak ada bedanya dengan yang wajahnya pas-pasan.  Sama-sama lucu.
            Setibanya di Karang Anyar kami melanjutkan perjalanan dengan menggunakan truk pengangkut sayuran.  Mau tau gimana rasanya?  Wow... amazing! Buat aku yang lahir dan besar di kota Jakarta, ini adalah angkutan yang paling asik..!  Duduk di atas tumpukan sayuran di temani para petani dan pedagang kecil, melewati jalan yang berkelok-kelok.  Luar biasa!!.
 perbatasan jawa tengah dan jawa timur

            Sekitar pukul 10.00 kami sampai di pos pendataan.  Setiap pendaki yang akan melakukan kegiatan di Gunung Lawu harus melapor terlebih dahulu pada petugas dan melakukan ritual semacam ijin pada pemilik tempat.  Kami dipesan untuk tidak berkata apa-apa bila kami melihat atau mendengar sesuatu.  Dimulailah petualangan penuh horor kami.  Kejadian-kejadian di luar akal mulai kami alami.  Saat malam merambat naik... aku berteriak takut karena tiba-tiba saja sesosok binatang dengan mulut menyala seperti bara api lewat di depanku.
 Persiapan pendakian
              Sssst....jangan berkata apa-apa!” begitu perintah salah satu green ranger ( penjaga hutan ) yang mendampingi kami.  Kami pun melanjutkan perjalanan menuju pos dua.  Konon katanya, ini adalah kawah yang sebenarnya dari Gunung Lawu.  Aku merasakan seperti ada yang memanggil-manggil namaku, dan seperti ada bisikan yang menyuruhku menatap ke atas pos.  Kulihat seniorku Aji tiba-tiba menjadi pendiam.  Wajahnya begitu tegang.  Menurut ceritanya dia melihat mahluk seperti asap yang melayang-layang di atas shelter kemudian bergerak menuju puncak.  Kami diminta untuk tidak berlama-lama di pos ini.   Tiba-tiba... beberapa anggota tim kami terserang diare hebat dan tidak mampu melanjutkan perjalanan.  Terpaksa kami membagi tim ini menjadi dua dengan masing-masing tim ditemani seorang green ranger.  Aku dan beberapa orang teman melanjutkan perjalanan ke puncak, sementara temanku yang lainnya nge-camp sampai kondisinya membaik. 
            Perjalanan kami kali ini benar-benar penuh ujian, setelah tim kami terpaksa dipecah, perjalanan kami juga seperti diputar-putar tanpa arah.  Setelah kami melewati lembah yang disebut orang dengan sebutan “ Pasar Setan ”, beberapa kali kami melalui puncak palsu, sampai akhirnya kakiku sudah tidak kuat lagi melangkah.  Aku menyerah dan pasrah, meskipun rekan-rekanku meninggalkan aku disini... aku pasrah. Rasanya kakiku sudah tak kuat meneruskan perjalanan.  Mungkin ini akibat aku tidak jujur pada orangtuaku tentang perjalanan ini. 
Melihat aku yang terduduk lemas, teman-temanku terus menyemangatiku dan menuntunku dengan sabar.  Dibawakannya tasku, sementara teman yang lain menggandeng tanganku. Tiba-tiba, temanku yang bernama Ronald memanggilku ke atas dan memberitahu bahwa dia sudah sampai di puncak asli.  Yeahh!!!  Hampir tak percaya, semua rasa letihku sirna begitu saja, dan aku pun bergegas menuju puncak. 
Indahnya matahari terbit membuat rasa letihku menguap begitu saja. Subhanallah..! aku serta merta bersujud mengagumi semua nikmat ini, tak ada satupun lukisan yang mampu menandinginya.  Gumpalan awan yang ada di bawah kami turut menyempurnakan indahnya karunia Allah Azza wa jalla.
 matahari terbit di puncak lawu
Indahnya hamparan awan putih

            Esok paginya rombongan kedua pun tiba dan giliran kami yang turun sebelum kabut naik.  Namun, tiba-tiba seolah ada suara yang berasal dari dasar jurang yang memanggil-manggilku.  Akupun menoleh, di bawah sana aku melihat sosok pria dan wanita berkerudung disertai seorang anak melambaikan tangan dan memanggilku.  Aku mencoba memberitahu Kak Aji dan teman-teman yang lain, tapi tidak satupun yang dapat melihat selain aku.  Sontak saja bulu kudukku merinding dan aku segera berlari turun. 
Sesampainya di pos dua, teman-temanku kehabisan air dan segera mencari mata air terdekat.  Mereka menemukan sebuah kolam kecil yang terdapat mata air, kemudian mengisi jerigen air mereka dan menambahkan nutrisari sebelum meminumnya, “ Ahh...suegerr!” kata mereka menikmati.  “ Wah mereka tidak tahu kalau semalem air itu dipake untuk membersihkan kotoran sehabis buang air besar..., hiyyy ” kataku dalam hati.  Untunglah persediaan airku masih banyak sehingga aku tidak harus meminum air yang menjijikkan itu.  Sebenernya hati ini ingin memberitahu tapi tidak tega karena mereka sudah terlanjur meminumnya.  Bismillah aja deh.  Kamipun beristirahat untuk makan siang sebentar, semangkuk indomie panas dengan kornet serta sate sosis menemani makan siang kami.  Kami memang jarang sekali membawa makanan berat dalam setiap ekspedisi kami.  Menu wajib kami adalah gula batu, telur ayam kampung, susu, coklat, roti dan mie, serta makanan instan ringan seperti bubur bayi.
Pukul 13.00 WIB kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kami, dan tiba di pos masuk pukul 15.00 WIB.  Sayangnya dalam ekspedisi itu kami kehilangan salah satu ranger kami, terakhir kami melihatnya pada saat dia memutuskan untuk mengambil jalan pintas melewati jurang.  Kami pun berkumpul untuk mendoakan keselamatannya, setelah itu kami bermalam di salah satu rumah Pak Wo.  Suasana pedesaan dan pegunungan yang dingin membuat kami tidak mampu memejamkan mata, terlebih mengingat nasib penjaga hutan yang hilang.
Esoknya kami melanjutkan perjalanan pulang melalui kota Yogyakarta.  Kami bermalam di rumah Pakdeku di daerah Stasiun Tugu.  Berjalan-jalan hemat mengelilingi Mallioboro, oh..  penuh kenangan dan canda.
Pagi itu kami bersiap pulang setelah berpamitan dengan Pakde dan Bude.  Rencananya kami akan menggunakan kereta Fajar ekonomi tujuan jakarta.  Oleh karena itu kami benar-benar mempersiapkan fisik kami agar kami bisa menikmati serba-serbi kereta ekonomi.  Kami nikmati perjalanan panjang kami dengan riang, seraya mengingat kembali semua peristiwa yang kami alami selama ekspedisi ini.  Selamat tinggal Lawu...Keindahan panoramamu dan ragam warna Eudelweismu tak akan pernah kami lupakan.  Hanya di sanalah kami menjumpai Eudelweis dengan empat warna dan keindahannya.  Semoga suatu saat kami bisa mengunjungimu kembali.

  Janganlah kau mengambil sesuatu di gunung kecuali gambarnya. Janganlah meninggalkan sesuatu di gunung kecuali jejak kakimu dan kenangannya.  Jangan pula kau jumawa dan sesumbar di gunung, maka niscaya perjalananmu akan selamat”.



Biodata Deskriptif
SRI RAHAYU
                Sri rahayu, seorang sarjana pertanian yang punya hobi eksperimen masakan dan jalan-jalan.  Ibu dari dua orang anak lelaki yang luar biasa ini sebenarnya belum pernah menelurkan satu cerpen atau artikel apapun.  Namun semangat untuk menulis sudah dimulai sejak bangku sekolah sebagai penulis spesialisasi naskah pidato sekolah, pantun dan karya ilmiah.  Beberapa karya ilmiahnya pernah diterbitkan di jurnal kampus dan menjadi liputan disalah satu surat kabar di Jawa Timur pada tahun 2000.  Untuk lebih mengenalnya dapat dihubungi melalui e-mail: sri_rahayu_sp@yahoo.com. Atau di akun FB saya Sri rahayu.
0

ASUS OLED WRITING Competition

atau

Intellifluence

Intellifluence Trusted Blogger

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan

Part of BloggerHub

Total Absen


Pengikut